Soal
Latihan
1
A.
Mengapa Koperasi Di Indonesia Maju tidak dan Mundur pun tidak
Pasang-surut Koperasi
di Indonesia Koperasi di Indonesia dalam perkembangannya mengalami pasang dan
surut. Sebuah pertanyaan sederhana namun membutuhkan jawaban njelimet,
terlontar dari seorang peserta? Mengapa jarang dijumpai ada Koperasi yang
bertumbuh menjadi usaha besar yang menggurita, layaknya pelaku ekonomi lain,
yakni swasta (konglomerat) dan BUMN? Mengapa gerakan ini hanya berkutat dari
persoalan yang satu ke persoalan lain, dan cenderung stagnan alias berjalan di
tempat? Mengapa Koperasi sulit berkembang di tengah ?habitat? alamnya di
Indonesia?? Inilah sederet pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan.
Berdasarkan data
Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jumlah Koperasi di Indonesia
tercatat 103.000 unit lebih dengan keanggotaan mencapai 26.000.000 orang.
Dengan data seperti ini maka seharusnya koperasi sudah dapat dikatakan sebagai
salah satu sumber devisa negara serta dapat memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan masyarakat. Namun, kenyataannya berbeda jauh. Banyak koperasi di
Indonesia yang sulit untuk berkembang karena adanya beberapa faktor.
Faktor utamanya adalah ketidak mampuan koperasi menjalankan fungsi
sebagai mana yang ‘dijanjikan’, serta banyak melakukan penyimpangan atau
kegiatan lain yang mengecewakan masyarakat. Kondisi ini telah
menjadi sumber citra buruk koperasi secara keseluruhan.
Konflik kepentingan
antara pemilik organisasi (yang seharusnya kepentingan pemiliklah yang
mendominasi) dengan kepentingan mereka yang mengontrol atau mengelola
organisasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan koperasi.
Selain itu permodalan cukup mempengaruhi juga perkembangan suatu koperasi itu
berjalan dengan baik.
Kenapa adanya Konflik
? Konflik tercipta saat ada pertentangan antar individu/kelompok, suatu
koperasi tentu harus dipimpin oleh seseorang yang mampu membuat koperasi itu
berkembang dan juga mampu untuk membuat masyarakat sadar berkoperasi serta
dapat menjalankan dan berorganisasi dengan baik dalam koperasi tersebut. Dari
konflik tersebut maka manajemen suatu koperasi bisa dikatakn buruk, baik dalam
kepengurusan maupun dalam penanganan masalah itu sendiri.
Dalam segi permodalan, suatu
koperasi tentu harus memiliki modal yang cukup untuk membangun koperasi
tersebut serta menjalankan koperasi dengan manajemen yang tepat pula.
Suatu Koperasi di Indonesia yang kesulitan berkembang bias saja karena
permodalannya lemah, dengan modal yang minim maka akan sulit untuk berproduksi
sehingga hasil yang didapat juga akan minim pula. Dalam hal meminjam uang di
Bank, tingginya suku bunga bank membuat koperasi sulit berkembang. Dengan suku
bunga yang tinggi, margin keuntungan menjadi sangat tipis, bahkan defisit.
Koperasi sering kali kesulitan saat hendak menambah modal dari bank. Pasalnya,
suku bunga yang ditawarkan perbankan sangat tinggi, antara 10-20% per tahun.
Selain itu Koperasi sulit
berkembang diantara lain disebabkan oleh :
·
Kurangnya Promosi dan Sosialisasi
Promosi diperlukan agar
masyarakat tahu tentang koperasi tersebut. Pemerintah dengan gencarnya melalui
media massa mensosialisasikan Koperasi kepada masyarakat namun jika sosialisasi
hanya dilakukan dengan media massa mungkin hanya akan “numpang lewat” saja.
Memang benar dengan mensosialisasikan melalui media massa akan lebih efektif
untuk masyarakat mengetahuinya, namun dengan sosialisasi secara langsung untuk
terjun kelapangan akan lebih efektif karena penyampaian yang lebih mudah
dipahami. Dalam masalah promosi barang yang dijual di suatu koperasi juga
mengalami kendala seperti kurangnya promo yang ditawarkan dan kurang kreatifnya
koperasi untuk mempromosikan sehingga minat masyarakat juga berkurang untuk
dapat ikut serta dalam koperasi.
·
Kesadaran Masyarakat Untuk Berkoperasi Masih
Lemah
Masyarakat masih sulit untuk
sadar berkoperasi, terutama anak-anak muda. Kesadaran yang masih lemah tersebut
bias disebabkan kurang menariknya koperasi di Indonesia untuk dijadikan sebagai
suatu usaha bersama. Selain itu para pemuda-pemudi lebih sukamenghabiskan waktu
di luar daripada melakukan kegiatan didalam koperasi karena bagi pemuda
terkesan “Kuno”.
·
Harga Barang di Koperasi Lebih Mahal
Dibandingkan Harga Pasar
Masyarakat jadi enggan untuk
membeli barang dikoperasi karena harganya yang lebih mahal dibandingkan harga
pasar. Bagi masyarakat Indonesia konsumen akan memilih untuk membeli suatu
barang dengan harga yang murah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik
dibandingkan dengan koperasi. Dengan enggannya masyarakat untuk
bertransaksi di koperasi sudah pasti laba yang dihasilkan oleh koperasi-pun
sedikit bahkan merugi sehingga perkembangan koperasi berjalan lamban bahkan
tidak berjalan sama sekali.
·
Sulitnya Anggota Untuk Keluar dari Koperasi
Seorang anggota koperasi maupun
pemilik koperasi akan sulit untuk melepaskan koperasi tersebut, kenapa ? Karena
sulitnya menciptakan regenerasi dalam koperasi. Dengan sulitnya regenerasi maka
seseorang akan merasa jenuh saat terlalu dalam posisi yang ia tempati namun
saat ingin melepaskan jabatannya sulit untuk mendapatkan pengganti yang cocok
yang bias mengembangkan koperasi tersebut lebih lanjut.
·
Kurang Adanya Keterpaduan dan Konsistensi
Dengan kurang adanya keterpaduan
dan Konsistensi antara program pengembangan koperasi dengan program
pengembangan sub-sektor lain, maka program pengembangan sub-sektor koperasi
seolah-olah berjalan sendiri, tanpa dukungan dan partisipasi dari program
pengembangan sektor lainnya.
·
Kurang Dirasakan Peran dan Manfaat
Koperasi Bagi Anggota dan Masyarakat
Peran dan Manfaat koperasi belum
dapat dirasakan oleh anggotanya serta masyarakat karena Koperasi belum mampu
meyakinkan anggota serta masyarakat untuk berkoperasi dan kurang baiknya
manajemen serta kejelasan dalam hal keanggotaan koperasi.
·
Penetapan tujuan yang kurang jelas
Tujuan pada umunya digunakan
untuk memberikan arahan sebagai pedoman tindakan, alokasi sumberdaya baik
sarana fisik, manusia maupun dana. Dulfer (1984), Hanel (1984), dan Gupta
(1985) menyatakan bahwa perumusan tujuan koperasi seringkali tidak mudah
seperti perusahaan kapitalistik dengan shareholders, karena melibatkan berbagai
pihak yang memiliki berbagai kepentingan. Ketidakseimbangan dalam mengakomodasi
secara proporsional seringkali menjadi sumber konflik yang membuat organisasi
koperasi dalam perjalanannya tidak stabil. Dulfer (1984) dan Gupta (1985)
menyatakan bahwa model koperasi tradisional dan koperasi terpadu yang dalam
proses perumusan tujuannya selalu berorientasi pada anggota akan lebih mampu
bertahan dan berkembang dibandingkan dengan koperasi tipe pedagang yang dalam
proses perencanaannya cenderung didominansi oleh kelompok vested interest
(Petani kaya, Pengurus dan atau pihak pemodal kuat).
·
Belum digunakannya asumsi untuk peramalan
target
Tujuan yang ditetapkan secara
kualitatif, konsekwensinya, adalah tindakan dan proses untuk mencapai tujuan
juga menjadi tidak jelas. Penggunaan asumsi untuk peramalan target yang
digunakan masih sangat sederhana dengan mengambil patokan angka-angka capaian
tahun sebelumnya. Sedangkan di perusahaan modern non koperasi sudah digunakan
model peramalan matematika dan statistika dengan memasukkan berbagai variabel
penentu keberhasilan seperti waktu, musim, dan risiko yang dihitung berdasarkan
teori kemungkinan (probabilitas). Hal ini dapat dilakukan karena adanya dukungan
teknologi dan SDM yang handal.
·
Pengalokasian Sumber daya yang kurang baik
Sebagian besar koperasi dalam
perencanaannya belum mengalokasikan sumberdayanya secara baik. Perencanaan
program masih disusun secara garis besar yang biasanya dibagi menurut bidang
seperti bidang organisasi dan manajemen, bidang usaha, bidang permodalan, dan
bidang kesejahteraan anggota dan pengelola. Alokasi sumberdaya umumnya hanya
tergambarkan dalam RAPBK, tidak menjelaskan jadwal, SDM yang terlibat, sumber
dan penggunaan dana secara rinci.
·
belum memiliki rencana strategis jangka panjang
Sebagian besar koperasi di
Indonesia belum memiliki rencana strategis jangka panjang yang berisikan visi,
sebagai arahan misi, tujuan dan strategi koperasi serta memudahkan pengembangan
rencana program pada setiap bidang fungsional atau unit usaha koperasi. Menurut
teori manajemen modern, koperasi yang masih berorientasi jangka pendek mungkin
cocok pada situasi lingkungan bisnis yang stabil, tetapi akan segera tergusur
pada situasi lingkungan bisnis yang berubah cepat. pemahaman konseptual
manajerial baik pengurus maupun manajer koperasi tidak secara otomatis diikuti
oleh komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya di koperasi.
Dengan kata lain pihak manajemen koperasi memiliki pemahaman dan kemampuan
manajerial tetapi belum tergerak mengimplementasikannya untuk mencapai kemajuan
koperasi. Diduga disebabkan oleh beberapa faktor seperti insentif, motivasi
berprestasi atau adanya konflik kepentingan antara pemilik (principal) dengan
manajemen (agent). Penelitian Untung Wahyudi (2007) yang mengacu pada agency
theory (anggota koperasi adalah principal dan pengurus adalah agent), tugas
pengurus adalah memaksimalkan atau meningkatkan kekayaan anggota. Hal ini
diduga sulit diwujudkan di koperasi karena berdasarkan pengamatannya,
kebanyakan pengurus koperasi bukan berasal dari kalangan profesional dalam
bisnis koperasi. Konsekwensinya, konflik kepentingan seringkali muncul
kepermukaan. Dalam beberapa kasus baik pengurus maupun manajer yang diangkat
oleh koperasi memiliki usaha/bisnis yang bersaing dengan bisnis koperasi.
Beberapa literatur koperasi menyebut kelompok ini sebagai kelompok vested
interest yang memanfaatkan fasilitas dan jaringan bisnis koperasi untuk
kepentingan bisnis pribadi. Hasilnya bisnis kelompok vested interest makin
berkembang sedangkan bisnis koperasi jalan di tempat. Kondisi ini banyak
ditemui pada saat dukungan kebijakan pemerintah melalui usaha program cukup
dominan.
Hal-hal tersebut merupakan
factor yang mempengaruhi mengapa Koperasi sulit untuk berkembang, maka setiap
koperasi dibutuhkan untuk mengelola koperasi tersebut dengan benar yang sesuai
dengan fungsinya sebagai koperasi agar dapat berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka :
http://yanifachturahman.blogspot.com/2010/10/mengapa-koperasi-tidak-
berkembang-di.html
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_4/artikel_4.html
http://jazzygroup.blogspot.com/2011/10/penyebab-koperasi-di-indonesia-sulit.html
www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3…/06_Burhanuddin.pdf
tulisan 2
1.
KOPERASI
Secara Definisi Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh
orang-seorang demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan
berdasarkan prinsip gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana
setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil
koperasi.
Prinsip
Koperasi
Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan petunjuk untuk membangun koperasi yang
efektif dan tahan lama. Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25
tahun 1992 tentang Perkoperasian. Prinsip koperasi menurut UU no. 25
tahun 1992 adalah:
v
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
v
Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
v
Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa
usaha masing-masing anggota
v
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
v
Kemandirian
v
Pendidikan perkoperasian
v
Kerjasama antar koperasi
2.
KOPERASI KREDIT (CREDIT UNION)
Koperasi
Kredit adalah koperasi yang mempunyai usaha tunggal, yakni simpan-pinjam
sebagai usaha atau bisnis utamanya. Koperasi kredit ini biasanya muncul atas
prakarsa dan mufakat sekelompok orang yang merasa mempunyai kesamaan kebutuhan
dan kepentingan untuk menggerakkan suatu modal bersama, terutama yang berasal
dari simpanan untuk dipinjamkan diantara sesama mereka, dengan tingkat bunga
yang memadai sesuai dengan kesepakatan bersama.
Koperasi
credit union
memiliki tiga prinsip utama yaitu:
Ø
asas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya)
Ø
asas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota),
dan
Ø
asas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang
utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman).
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/tugas-makalah-ekonomi-koperasi-cerita-sukses-credit-union/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/10/pengertian-koperasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar